Kamis, 02 Januari 2014

PUISI-PUISI YANG AKAN KUBACAKAN PADA 4 JANUARI 2014 DI KEDAI SANUTOKE (EKO TUNAS) BANYUMANIK SEMARANG

SURGA JAHANAM
 
bagiku surga adalah jahanam yang terdalam dalam perut di mana nabi-nabi  menyitir ayat tentang tuhan-tuhan yang kelelahan menyusun tangga langit dengan api pemanah burung gagak hingga rintik hujan pada malam hari bergemuruh mengelilingi batu hitam yang bukan hajaraswad

ketika nabi bukanlah kiblat semut dan doa
maka badai lautan siap menelan mentah-mentah yang ada di bumi tanpa sisa tulang. kuucap seribu mantra menyayikan nenekmoyang yang menyebut diri adam yang kehausan di padang arofah menitik airmata yang menjelma zam-zam yang tak terasa lagi sebagai air kehidupan

pada diri aku bertapa sepi selaksa bidadari yang berkali-kali kucuri selendang sutra di telaga ketika tarub tak bertanya ini milik siapa
kembali ke surga tak ada apa dan sesiapa. hanya fana yang diimingkan bagi pengharap keabadian fatamorgana. delima-delima telah dipetik hawa yang bernafsu dan bercinta dengan iblis yang membaptis diri ahli pertapa agung. dan memang benar adanya surga hanyalah rumah kosong yang menjebak dalam silau cahaya. dan kau bermantra surga

Langit Kendal, 29012013/ 21.47


PAMPLET UNDANGAN OLEH KELANA
MALAM DALAM SECANGKIR KEMATIAN

malam dalam secangkir kematian warnanya hitam seumpama gagak yang mengitari rumah-rumah suwung. begitulah angin selalu saja mengusiki jalan tak bertuan di lereng gunung. semua menunggu tentang ajal yang meminta nama pada daun, tak ada kuning tak hijau semua gugur. garis telapak tangan tak ada yang lurus, semua bercabang dan terpisah dari batas yang sama sekali bertanya diam angin yang mengepul pada cangkir hitam pahit tempat sesaji gendruwo.

malam tak selalu gelap di bawah purnama untuk ke sembilan kalinya. pohon dipuja dan ditebang lalu diletakkan di tengah jalan menghadang para pejalan yang menyembunyikan rahasia doa-doa. ini zaman atau orang-orang sudah gila. padahal secangkir kopi telah diaduk oleh kematian-kematian yang tak bertuan. di ujung gang sempit ia telah lama menunggu, dan ia mampu mewujud hewan pun tetumbuhan. dan kau mendadak menjadi pelupa bahwa semua memang telah direncana.

malam dalam secangkir kematian telah lama kau ketahui sejak sebelum kau terlahir sebagai angsa. lalu kau hidangkan racun hingga darah dan airmata beku dalam kulkas. mendidih di atas tungku keabadian. lalu dengan melayang kau putuskan benang putih hitam `kan kau tangkap sebelum matahari mendahului menyembunyikan awan dan memata. secangkir kematian telah kau persiapakan, entah kau mamah entah kau telan mentah-mentah.

Langit Kendal, 05102013/ 23.38



ANJING NABI

barangkali hidup adalah jarum yang berdetak dalam dinding kamar menunjuk angka-angka yang paling tepat di matanya. tak perlu menunggu ataupun ditunggu, sebab semua akan tiba dengan sendirinya. semua angka tertawa mengejek tentang doa penganggur yang meminta terkabul di jalanan tempat bangjo berlarian. sembunyi ketika para pengaman itu pun berlarian mengejar angin dini hari.

sedang mati adalah terompet tahun baru bagi musafir yang kelelahan menahan dahaga di sahara. fatamorgana yang ada mengiming nafsu dan sesaat.
matahari menjadi awan tidur di pelapung perenang yang takut tenggelam pada laut yang tak pernah menyembunyikan rahasia di balik cadar malam. pun ketika semua terbangun menawarkan mimpi yang tak pernah selesai bersenggama pada daun ranum. ya, sebab cinta telah menyembunyikan rindu bidadari yang telah lama menunggu sepi. kecuali ada gairah yang mampu melarikan diri dari goa tempat ashabul kahfi mengamankan diri bersama qitmir anjing nabi.
hidup dan mati adalah rahasia yang tersembunyi di kelopak mataNya.

Langit Kendal, 10022013/ 08.45


AKU MENGIKTIKAFI DIRIKU SENDIRI

aku beriktikaf dalam masjid yang sunyi
dan bertapa mengitari jasadku sendiri
di antara tumpukan makhluk kerdil
yang menyebut-nyebut ha hi hu ha hi hu
pada sebuah nama di pojok kamar semediku

berharap mantra dan kemenyan mendatangkan ruh
yang telah berabad kesepian dalam rumah
tak ada bidadari ataupun anak-anak yang menghibur
kesendirian yang telah mengapi dan menggosongkan waktu
semua adalah doa yang tak sudah-sudah dirapal

aku mengiktikafkan diriku sendiri
pada kekosongan yang tak pernah kosong
merundukkan dan bertamu di setiap pertemuan
dua arus yang tak pernah saling ketemu
di bibir harapan dikibarkan setengah tiang

Langit Kendal, 20082013/ 01.13


KEPADA PINTU

kepada pintu ku ketuk dadamu
berharap kau membuka untukku
dan mempersilahkan aku masuk
duduk dan kau tawarkan padaku
segelas air bening dan ketela

kepada pintu ku ketuk adamu
bertamu malam-malam seperti yang pernah kulakukan
di bawah rembulan yang tepat di atas kepalaku
menjamu dengan segala kepasrahan
dan kau lagi-lagi mengerlingkan isyarat waktu

kepada pintu ku ketuk waktu
sebelum terkunci mengurung kesendirianku
pintu pintu tetaplah terbuka
sebelum tamu-tamu pamit pulang
menyampaikan salam dan membawa bekal

pintu perjalanan ini terlalu sunyi tanpa ketukanmu

Langit Kendal, 30072013/ 15.00


DEBU DALAM BOTOL ALMARI BAJU

aku curiga, jangan-jangan kau memang sengaja
memasukkan virus ke dalam botol almari
sehingga menyebar ke seluruh urat nadi
dan getarannya berhenti di satu titik debu

seperti ada yang berkelebat di depan pintu
tirainya bergelombang menyusupkan dingin saku baju
seperti kertas yang kau remas dan kau buang sembarang
tidak pada tempat sampah

barangkali semalam kau lupa mematikan sentir pada dinding gubuk
tempat kau sembunyi dari pengejaran angin yang menggigilkan nyali dan membekukan hati mestinya tidak kau lupakan sejarah awan yang tiba-tiba menjatuhka hujan di teras rumah
membasahi tenggorakan yang selama ini sepi

dan kau, lagi-lagi menjadi merpati dari sebuah kacu pesulap jalanan
terbang di sangkar dan tak pernah tekukur dengan kebebasanmu
padahal kau menjaga surga jahanam di keliling para penyamun yang selama ini mengharap telaga dari mata-mata rahasia

Langit Kendal, 20072013/ 05.25


BADUT-BADUT PENGGODA

badut-badut di pasar malam
menggoda untuk ditertawakannya
bersama arak yang tentu memabukkan
dan menghilangkan otak untuk sementara
atau selamanya

badut kecil meminta susu pada tetek yang bukan ibunya
menangis memuja dan membunuh dengan coreng di wajahnya
ia bertopeng dengan cat hasil mengelabui pencuri
yang diam-diam sembunyi di hati
menawarkan senggawa yang tak pernah sudah

badut-badut mengerlingkan mata
menyembunyikan doa-doa di lubang sumur tua
menggali jahanam dan membakar dirinya dengan tinja
bahkan setan yang terkutuk dirayu dan dipuja
tapi ia tetap tidur tenang
sambil sesekali mentertawakan badut-badut
yang mencoba mengejeknya

Langit Kendal, 13072013/ 23.11


DI RUMAHMU

di rumahmu
aku kehilangan nama
pada pintu yang tak pernah tertutup
dan membiarkan jendela selalu terbuka

aku kedinginan

di rumahmu
kursi telah rapuh
kau biarkan tetap pada tempatnya
tak pernah kau pindah sejak pertama
kau mendudukinya

di rumahmu aku sepi
sedang kau selalu memanggili
telinga yang tak pernah ada
pada daun menguning
mungkin tersumpali sumpah
yang tak pernah pada janjinya

di rumahmu suwung
ternyata aku keliru
menanyakan nama dan alamat
yang telah pindah berpuluh abad
aku mencari rumah sunyi
pada diriku sendiri
sepi

Langit Kendal, 30062013/ 10.15


SURAT YANG TAK PERNAH TERKIRIM
LANTARAN DOA TERSANGKUT DI CELANA


suratku tak pernah terkirim ke alamatmu
karena memang surat itu belumlah ku tulis
hanya ku batinkan harapan-harapan yang tak pasti kenyataan
di seberang lautan yang penuh ombak pun karang
suratku telah lama kering di bawah matahari
yang tak pernah sekali mampir di pelabuhan rembulan
menunggu dedaun lepas dari rantingnya
dan seorang tua menyapu dengan bungkuk badannya
entah beban ataukah ketawadhuan pada cahaya
yang sesekali menyilaukan mata hatinya

suratku tak pernah terkirim
lantaran cemara selalu menghalangi pandangan mataku
seperti mengisyarakan doa yang tersangkut pada ranting-ranting
sebuah pesan tak tersampaikan di rindu kembang pada kumbang
tentang cinta dan nestapi penyair yang tertidur bersama kopi yang tumpah
di bangku celananya

suratku salah alamat
dan tersangkut di ranting bintang
yang bermain mata dengan mata-mata
ah, rupanya pak pos telah mati tertabrak kereta
di seberang jalan yang tak pernah ku kenal pula
suratku tanpa tulisan dan balasan
surat yang memang hanya fatamaorgana
dan hanya ia yang mengerti yang mampu menerjemahkan
ketiadaan kata, kupanggili doa-doa

Langit Kendal, 26062013/ 23.45


SAKAU

menggigil seluruh wajahku di antara para pelayat waktu
yang tak henti-henti menafsiri mendung batinku
mengeja angka satu hingga seribu
arah kini selalu berbalik menjebak tujuan hari
dari alif hingga tak terkhatam yak

aku kini pesakitan yang merindu tamu
membawa kamboja kematian
lelayu pendakwah kamar mandi yang tak selesai
mengguyur tubuh penuh debu kaca jendela
yang tak pernah selesai disucikan

segalaku inginkan kematian yang tak sempat tertunda
oleh masa yang selalu berulang dan sama
pada hujan yang melebatkan sayapnya
aku harap menumbuhkan segala mantra yang terkunci
di sela lubang jarum yang tak sempat terselesaikan

aku sakau
pada engkau yang menunggu waktuku
serindu batu setawakal kalbu mencarimu

Langit Kendal, 22022013/ 23.00


TENTANG HUJAN

hujan adalah kenangan pada lembaran buku yang tak pernah dilipat pada saku celana orang gila. ia tak pernah sendiri mengusik dan memberi hangat pada tiap rintik yang patah pada kaca yang mulai tergores tinta eceran. datangnya melarutkan harapan yang telah direncanakan bocah yang setia menunggu di tungku dapur rumah seorang ibu. suaranya merdu menjamin kejernihan telinga yang mengadui selimut usang mungkin tak pernah dicuci dengan parfum pencuri di sebuah minimarket.

Langit Hujan, 16062013/ 23.53


SEBUAH KOTAK DENGAN OTAK
YANG MENAWARKAN HAHIHEHUHO

haha
hihi
huhu
hehe
hoho

haha
presiden tertawa
di bawah tiang bendera yang mulai robek

hihi
menteri asyik sendiri pergi ke luar negeri
studi banding membandingkan dirinya sendiri

huhu
DPR membuat undang-undang
agar perutnya tetap kenyang

hehe
rakyat menjadi gila
merasakan tingkah atasannya

hoho
pejabat negara sudah mempersiapkan
kotak amal untuk keluarga dan kroninya

haha
hihi
huhu
hehe
hoho

Langit Kendal, 15062013/ 22.17

  
SAJAK YANG DITINGGAL PENYAIRNYA

penyair kabur dari pelarian sajak
yang pernah ia tulis pada selembar kertas
tentang kalimat yang belum juga usai ia khatamakan
sengaja ia tinggalkan alif sendirian
pada tegak sembilanpuluh derajat
menantang matahari

penyair tak bertanggung jawab
atas kata yang ia selipkan mantra surga
tujuh kembang ia taruh pada
pojok-pojok sahwat lelaki yang samasekali
tak pernah bersetubuh dengan rembulan
ia kecewa atas astaga bidadari
sendiri mengucap janji yang sepi
ia kehilangan birahi

sajak terakhir ia tulis
pada daun yang telah kering
dengan tinta darah yang sengaja ia alirkan
dari hati dan nestapa
yang menggali kematian
pada dinding hijau yang penuh lumut

sajak masih menunggu
penyair menuliskan lagi
tentang kembang tujuh rupa
tujuh sumur dan tujuh mantra abatasa

Langit Kendal, 09062013/ 21.54


PUISI TELAH BANGKIT DARI KUBUR

puisi mati
dalam keadaan gentayangan
mencari penyair
yang mati penasaran

ya, sudah lama kabar itu tersiar
namun seolah-olah baru kemain saja
kabar itu terkabarkan
oleh angin oleh burung dan oleh gosip eceran

ada yang membunuh puisi
dengan kata-kata palsu
alamat palsu
juga penyair palsu

semua mati mendadak
ketika puisi dan penyair dikabarkan
mati di hutan belantara
entah siapa yang mampu menghidupkannya
lagi

ini gosip
yang mengada-ada
tak harus dipercaya

jangan tergesa bertanya pada tuhan
ya

Langit Kendal, 30052013/ 23.11


SEPASANG MATA DI LIDAHKU

sepasang mata yang menancap tajam
di lidahku, Kekasih
goresannya membentuk garis katulistiwa
membentang dari ujung sampai pedang

alifku luntur dibawa kabur angin
yang pernah singgah di celah batu hatiku
semua runtuh tak bertiang
rubuh menara paling tinggi
yang pernah ku bangun di sini
di niatku di hatiku

sepasang mata meludahiku
tepat di dahiku
“coba cari, darimana asalnya gerhana di hati?”

Langit Kendal, 25042008  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...