Minggu, 23 Maret 2014

KIAT INSTAN MENJADI TOKOH SASTRA INDONESIA YANG PALING BERPENGARUH SEPANJANG ZAMAN

Oleh : Ahmadun Yosi Herfanda

Anda ngebet (kebelet) ingin menjadi tokoh sastra Indonesia yang dianggap paling berpengaruh sepanjang zaman? Ini kiat instan (cukup 10 langkah) yang boleh Anda coba:
1. Anda harus kaya raya dulu, punya banyak cabang usaha, dan tabungan yang angka saldonya lebih dari 11 digit. Dana Anda ini penting sebagai modal untuk melakukan “money politic” sastra, membuat media-media sosial, dan “membayar pendukung” yang sebanyak-banyaknya. Ingat: di tengah-tengah zaman edan sekarang ini “the power is money”, tidak hanya di dunia politik kekuasaan tapi juga politik sastra.

2. Siapkan cukup 10 puisi dengan gaya yang harus Anda klaim sebagai khas temuan Anda. Puisi boleh dibuat sendiri, boleh pula dibuatkan orang lain jika Anda kurang mahir menulis puisi, yang penting dengan nama Anda. Boleh Anda sebut “puisi berita”, “puisi opini”, “puisi sontoloyo”, “puisi kacangan”, “puisi molotov”, “puisi cacing kremi”, “puisi tangis pilu”, atau apalah, yang penting sebutan itu Anda anggap baru dan belum pernah dipakai orang.

3. Cetak 10 puisi itu menjadi buku kumpulan puisi dalam edisi luks, bagi-bagi secara gratis, dan promosikan secara besar-besaran di media-media sosial dan media cetak sebagai puisi temuan baru Anda yang harus dibaca banyak orang.

4. Dukung promosi itu dengan membuat media-media sosial, seperti account di facebook, twitter, dan blog. Jangan enggan-enggan untuk menyebar sms (pakai mesin sms dong, biar langsung menyebar dengan sekali pencet) dan katakan bahwa account twitter Anda itu dalam waktu 10 hari saja telah di-follow oleh 200 juta orang (hampir sebanyak penduduk Indonesia). Bombas tak apa, kan masyarakat kita umumnya gaptek dan tak bakal dapat mengecek kebenaran angka follower twitter puisi Anda itu. Paling di antara mereka akan nyeletuk, “Wah, hebat benar penyair dadakan itu!”

5. Jangan lupa adakan lomba menulis artikel atau “lomba asal komentar” terhadap buku kumpulan puisi Anda itu dengan hadiah besar, agar pesertanya banyak, buku puisi Anda itu akan cepat popular, dan Anda akan dikenal sebagai “penyair dadakan” yang hebat.

6. Minta pula para sastrawan ternama untuk mengupas buku kumpulan puisi Anda itu. Beri honor yang super besar untuk tiap pengupas, agar mereka memuji-muji puisi-puisi Anda, dan enggan untuk mengeritik kejelekannya. Publikasikan kupasan-kupasan mereka di media-media sosial, bukukan dan sebarkan, agar makin banyak orang membacanya.

7. Siapkan pula video klip pembacaan puisi Anda, dramatisasi dan film dari puisi Anda. Tayangkan di tv swasta dengan membeli jam tayang, putar pula di ruang-ruang pertunjukan dengan mengundang para penyair dan peminat sastra. Jangan lupa sediakan uang transport yang besar untuk tiap orang yang hadir. Pasti mereka akan senang dan ikut memuji kehebatan Anda.

8. Siapkan buku tentang “tokoh-tokoh sastra yang paling berpengaruh dunia-akherat sejak Nabi Adam sampai dunia kiamat (baca: sepanjang zaman) untuk mengukuhkan kehebatan dan ketokohan Anda. Rekrut tim penyusun dari kalangan sastrawan dan akademisi sastra “yang mau dibayar untuk menokohkan Anda”. Tentu, nama Anda harus masuk dalam deretan tokoh di dalamnya, karena itulah tujuan utamanya, dan Anda harus mengeluarkan dana besar untuk ini. Catut nama lembaga yang pengelolanya gampang dikibuli, agar buku ini terkesan mendapat dukungan dari lembaga ternama. Jangan lupa, rekrut pula pengamat sastra Indonesia dari manca negara yang hanya tahu sedikit tentang sejarah sastra Indonesia, agar tim penyusun terkesan makin hebat. Meskipun pengamat sastra dari manca negara itu hanya tampil “bego-bego saja” dalam rapat penyusunan, karena dikiranya Anda memang penyair hebat terkini yang paling berpengaruh, Anda boleh membangga-banggakan keterlibatannya saat mempromosikan buku tersebut.

9. Cetak yang bagus dan luncurkan buku “tokoh sastra paling berpengaruh dunia-akherat” itu dengan mengundang sejumlah akademisi sastra yang lugu-lugu saja, agar buku itu “selamat” dari kritik pedas. Soal setelah peluncuran muncul kontroversi, kritik pedas, dan caci-maki, itu urusan belakang. Go a head. Anda dan tim penyusun cukup pasang gaya “muka tembok” aja. Cukup sesekali saja Anda atau ketua tim penyusun menanggapi mereka, dan kalau tak tahan bolehlah sesekali balas mencaci mereka.

10. Untuk mendukung penokohan Anda, siapkan pula buku-buku antologi puisi dengan gaya yang sama dengan gaya puisi Anda. Pilih penyair-penyair yang gampang “direkayasa” untuk ditempatkan dan dikesankan sebagai “pengikut” gaya puisi Anda, agar klaim bahwa Anda merupakan tokoh sastra paling berpengaruh semakin kuat kebenarannya. Untuk mengepul (mengumpulkan) puisi-puisi mereka, rekrut penyair perempuan sebagai kepanjangan tangan Anda. Penyair perempuan ini penting, agar yang diminta puisinya enggan menolak, dan kalau ada yang keberatan ia tak enggan merajuknya. Sediakan honor yang besar untuk tiap penulis puisi itu agar mereka lebih bersemangat untuk ikut. Luncurkan buku antologi puisi ini di gedung kesenian yang bergengsi. Promosikan pula buku ini di berbagai media, dan kesankan bahwa para penyair itu adalah para “pengikut” gaya puisi yang Anda temukan, alias merupakan para pengikut kepenyairan Anda. Kalau muncul juga kontroversi tentang buku ini, cukup pasang “muka tembok”, dan anggap bahwa kritik-kritik pedas itu sebagai bukti dari pengaruh Anda. Bereslah urusannya!

Demikian, “10 kiat paling bego” untuk menjadi tokoh sastra paling berpengaruh dunia-akherat sejak Nabi Adam sampai kiamat (baca: sepanjang zaman). Bagi yang banyak duit dan sangat ngebet (kebelet) menjadi tokoh sastra macam begitu, boleh mencoba. Dijamin “cespleng” (cepat merasa cess dan mendapat kamplengan dari banyak orang).***


Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...