Selasa, 22 Mei 2012

14 Penyair Luncurkan “Dunia Tentang Batu”

Solo — Panggung Sastra Indonesia Antologi Puisi “Dongeng Tentang Batu” digelar di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kentingan, Jebres, Surakarta, Kamis (22/3).
Dalam acara tersebut ditampilkan karya-karya  puisi yang dibawakan 14 penyair dari berbagai daerah, seperti Alfian Harfi, Asyari Muhammad, Bahrul Ulum A. Malik, Budiawan Dwi Santoso, Deska Setia Perdana, Gendut Pujianto, Habib A Abdullah, Ilham Akbar, J Batara Kawi, Khanif Ramadiani, Purnawan Andra, Syaiful Mustaqim, Widyanuri Tika Putra dan  Yudhie Dusone Yarcho.
Dalam acara yang rutin digelar sebulan sekali di TBJT  tersebut, juga ditandai dengan penerbitan  buku Antologi Puisi 13 “Dongeng Tentang Batu” yang merupakan kumpulan karya dari 14 penyair tersebut. Selain itu juga digelar diskusi sastra dengan menampilkan pembicara seperti Tjahjono Widijanto dan Raudal Tanjung Banoa, yang dimoderatori oleh Bandung Mawardi.
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, Pemrakarsa Panggung Sastra, Wijang Warek, dalam sambutannya mengatakan kegiatan  tersebut merupakan bentuk apresiasi Taman Budaya Jawa Tengah terhadap para sastrawan muda dalam dunia pengembangan karya sastra di Indonesia pada umumnya.
“Acara tersebut kami maksudkan untuk memberi wadah serta pengembangan apresiasi karya sastra.  Karya tersebut juga kami terbitkan dalam bentuk buku. Kami harapkan semua pihak bisa terlibat untuk mendorong dan memberikan akses kepada para penulis muda untuk mengekspresikan karyanya serta menambah khasanah karya sastra di Indonesia pada umumnya,” ungkapnya.

Jumat, 04 Mei 2012

Perdamaian dan Prasangka Cinta

Ambisi kekuasaan telah membutakan cinta. Semua dianggap musuh, lawan yang harus ditindas habis-habisan. Salah paham telah menjadi seteru terjadinya perselisihan dalam hidup bermasyarakat, prasangka meracuni sendi-sendi kehidupan.
Menengok film “The Terrorist” yang menceritakan seseorang yang dianggap teroris dan menjadi buronan yang harus dibunuh. Teroris di mata Barat identik dengan Islam -- yang selalu dicurigai geraknya. Menurut mereka teroris  adalah “bom waktu” yang siap meledak dimana dan kapan saja.  Semua hanya prasangka tanpa bukti!!
Pluralisme cinta adalah jalan penyelamatan diri. Ketika semua bisa memahami dan memaknai perbedaan, maka perdamaian akan selalu berpihak pada kita. Toleransi bermasyarakat dalam menghadapi perbedaan agama, keyakinan, dan kepercayaan harus kita junjung bersama, mustahil perdamaian ada tanpa adanya toleransi bersama.
Salam Gusdurian!!
   
[materi disampaikan saat Ngaji 17-an Gusdurian Kendal, 17 April 2012]

Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...