Ambisi kekuasaan telah membutakan cinta. Semua dianggap musuh,
lawan yang harus ditindas habis-habisan. Salah paham telah menjadi seteru
terjadinya perselisihan dalam hidup bermasyarakat, prasangka meracuni
sendi-sendi kehidupan.
Menengok film “The Terrorist” yang menceritakan seseorang yang
dianggap teroris dan menjadi buronan yang harus dibunuh. Teroris di mata Barat
identik dengan Islam -- yang selalu dicurigai geraknya. Menurut mereka teroris adalah “bom waktu” yang siap meledak dimana dan
kapan saja. Semua hanya prasangka tanpa
bukti!!
Pluralisme cinta adalah jalan penyelamatan diri. Ketika semua
bisa memahami dan memaknai perbedaan, maka perdamaian akan selalu berpihak pada
kita. Toleransi bermasyarakat dalam menghadapi perbedaan agama, keyakinan, dan
kepercayaan harus kita junjung bersama, mustahil perdamaian ada tanpa adanya
toleransi bersama.
Salam
Gusdurian!!
[materi disampaikan saat Ngaji 17-an Gusdurian Kendal, 17 April 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar