Sabtu, 20 Oktober 2012

MENIKAH ADALAH HUJAN

:
: untuk 4 tahun pernikahan kami

menikah adalah gerah tubuh pada angin yang menyamar menjadi rintik hujan bersama kilat halilintar. sedikit kedip namun penuh cahaya. semula hanyalah isyarat langit pada bumi gersang yang mulai bosan dengan tingkah makhluk-makluk bumi.

rintik hujan adalah aroma terwangi dari segala parfum yang pernah ada. ia mengilhami bunga-bunga bermekaran dan memberi keharuman pada siapa saja yang menciumnya, lebah kupu-kupu dan manusia itu sendiri, pengagum wangi.

kilat halilintar memberi cahaya terindah dan suara termedu memberikan gigil pada tubuh-tubuh kerdil yang menyelinap dalam derasnya air. semua basah oleh setitik kenikmatan yang tak mampu dihitung oleh siapa pun. gemuruhnya suara malaikat yang mentasbihkan diri hanya pada sang mahasuci.

redanya hujan mampu menjadi lautan sakral dalam detik waktu yang selalu mengalir seumpama air. ia masuk ke ruang kosong yang meminta doa-doa tulus. mari berhujan-hujanan selama pengantin masih segar. nanti biarlah ada seseorang yang berkenan memanen buah khuldi yang memang terlarang itu.

kaliwungu, 
20 oktober 2012/ 22.38 wib

Selasa, 02 Oktober 2012

Bedah Novel "Perjaka" Karya Kartika Catur Pelita



PERSETUBUHAN MAUT 1

disampaikan pada bedah novel “perjaka” karya kartika catur pelita, di taman budaya raden saleh semarang sabtu 29 september 2012 jam 19.00 – 21.00 wib

 telor-telor
dua telor
martabak spesial
tiga telor
martabak istimewa
empat telor
sepasang homoseks2
 PERJAKA
Perjaka adalah status pria yang belum pernah melakukan pernikahan yang secara seksualitas memang seharusnya belum pernah melakukan hubungan intim dengan lawan jenis atau belum pernah melakukan aktivitas seksual secara sendiri maupun aktivitas seksual menyimpang lainnya3.
Novel “Perjaka” karya Kartika Catur Pelita (KCP) ini sangat menggelitik, berani dan jujur. Kebanyakan orang hanya asyik membicarakan “perawan”, namun KCP telah berhasil menggambarkan sisi kehidupan lelaki yang sebenarnya.

TOKOH
Lodi, Limanov, Layan dan Kuat adalah empat tokoh utama dalam novel ini. Masing-masing tokoh punya jalannya sendiri, namun antara satu dan lainnya tetap berkaitan.
1.   Lodi
Lodi adalah remaja yang suka mabuk-mabukan, nonton dangdut dan film porno bersama teman-temannya Ari, Yos, dan Abim. Lodi bisa dibilang anak yang nakal, tidak patuh dengan nasehat orangtua. Dia selalu membantah perintahnya. Jarang masuk sekolah dan pemalas.
2.   Limanov
Seorang gigolo berwajah tampan. Ibunya asli Jepara (Indonesia), dan bapaknya orang Holand (Belanda). Sejak kecil ia hidup bersama neneknya. Ia anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Hingga ia menjadi remaja yang tak terkontrol. Menjadi idaman bagi wanita-wanita yang menunggu kejantanan kelakiannya (gigolo). Bahkan juga menjadi pemuas bagi lelaki yang tidak puas dengan kelakiannya sendiri (homoseks).
3.   Layan
Adalah anak seorang nelayan yang miskin. Ia hidup serba kekurangan. Hingga suatu saat ia tergiur dengan ajakan Limanov yang menjual barang antiknya dan melepaskan keperjakaannya pada tante-tante dan perempuan yang butuh kepuasan. Ia menjadi tulang punggung keluarganya setelah ayahnya meninggal.
4.   Kuat
Pekerja keras dan mempunyai keinginan kuat untuk menjadi penulis. Ia sahabat dekat Layan. Sejak kecil ia ditinggal ayahnya merantau. Hingga suatu hari datang ayahnya dengan membawa harta benda melimpah. Namun kehadiran ayahnya itu membuat Kuat marah, karena sang ayah datang bersama istri muda dan anaknya. Kuatlah yang menjadi juru selamat bagi Layan yang mencoba bunuh diri4.

CERITA
Cerita dalam novel ini memang benar-benar terjadi dalam kehidupun kita sehari-hari. Sadar tidak sadar sebenarnya penulis telah menyindir keperjakaan kita. Benarkah kita benar-benar masih jejaka sebelum menikah?
Banyak cara melepaskan keperjakaan seseorang. Bahkan seorang bocah setingkat SD ataupun  SMP sudah melepas keperjakaan dengan cara bersetubuh dengan dirinya sendiri, dengan membahayangkan sesuatu yang hot, onani, maupun mastubasi. Dan tidak harus bersetubuh dengan lawan jenis ataupun sejenis. Novel ini benar-benar menelanjangi sekaligus menyadarkan kita tentang arti sebuah keperjakaan. Ternyata untuk menjadi jejaka ting-ting tidaklah mudah.
Meskipun alur cerita novel ini terkesan zigzag, meloncat dari cerita satu ke cerita lainnya, novel ini tetap menarik dibaca. Suatu ketika penulis bercerita tentang perjaka, menjadi seorang yang pemabuk dan pemalas, tentang seorang yang pekerja keras dan mempunyai keinginan besar menjadi penulis, tentang persahatan, tentang anak yang ditinggal pergi atau kehilangan orangtuanya, tentang seseorang yang mengakui dosa dan putus asa, tentang airmata dan tawa. Novel ini bisa menjadi kacabenggala bagi kita. Semua orang punya cerita sendiri tentang kelelakiannya. Setting cerita ini khas (sebagian) orang pesisir yang suka dangdutan dan mabuk-mabuk.
Meskipun novel ini sebuah teks fiksi (karya imajinatif), tetapi sebagai novel bercorak realis tentu kekuatan fiksionalitasnya tidak lantas menegasikan realis faktual yang menjadi objeknya. Bagaimanapun fiktif dan imajinernya sebuah karya realis, ia tidak bisa benar-benar lepas dari objek yang menjadi sandarannya.
Sebuah karya sastra tak mungkin dapat menghuni wilayah otonomi yang serba fiksi, imajiner dan terlepas dari sangkut pautnya dengan segala “individu atau kalangan tertentu”. Setiap karya sastra ditulis oleh seorang manusia pada suatu masa dalam sejarah di suatu tempat di dunia ini juga. Sejauh-jauh seorang sastrawan hendak mengelak dari segal fakta yang melahirkan, mengasuh dan mendewasakannya, ia tak bakal mungkin membuat karya sastra yang sama sekali tak bersangkut-paut dengan pengalaman, pengetahuan, pikiran, dan persaannya sendiri. Bahkan bila karya sastra itu tidak dibuat dalam bahasa yang pernah ada di muka bumi, ungkapannya tetap bersangkut-paut dan bersumber dari apa yang pernah dialaminya bersama orang-orang lain atau lingkungan alam di luar dan di dalam dirinya5.
Bagaimanapun, kehadiran novel ini sungguh patut kita hargai dan perlu diberi tempat yang selayaknya dalam rumah tangga sastra Indonesia modern. Kehadiran novel yang konon proses kreatif penulisannya memakan waktu sekitar empat tahun lebih (16 November 2006 – 16 Maret 2011) bukan saja telah melengkapi deretan prestasi sang pengarang melainkan juga berharga sebagai “prasasti” bagi koleksi sastra Indonesia yang bertema Pendidikan Seks. Harus kita akui bahwa KCP telah berhasil menggambarkan sisi kehidupan kita yang sebenarnya. Ia telah memberikan kado istimewa untuk khasanah sastra Indonesia. Dan aku kira karya KCP dengan Remy Sylado ada kesamaan.
Selamat untuk Kartika Catur Pelita – Salam Hot, Salam Perjaka!!
pada angin selalu kutitipkan salam untukmu sahabatku
biar mereka menemuimu
mungkin di langit bersama gemintang bintang
mungkin di dasar laut berselaput gelombang
mungkin di lapisan bumi berkarib sunyi
tapi satu yang tak mungkin lagi
kau selalu ada di relung hati suci ini6


oleh : bahrul ulum a. malik
Presiden Plataran Sastra Kaliwungu 
langitkendal@gmail.com / 085641402250

Catatan :

1.     Judul Antologi Puisi “Persetubuhan Maut” : Bahrul Ulum A. Malik, 2005
2.     Puisi Remy Sylado
4.     anneahira.com/bumi-cinta.htm
5.     Majalah Sastra Horison, September 2012 hal. 33
6.     Puisi dalam Novel Perjaka – Kartika Catur Pelita 

Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...