Jumat, 24 Juni 2016

PENGUMUMAN CIPTA PUISI HAUL PRESIDEN SOEKARNO KE-46 | 21 JUNI 2016




"PERPUSTAKAAN MINI LANGIT KENDAL"



"PRESIDEN SOEKARNO SEDANG MEMBACA"



PERPUSTAKAAN MINI LANGIT KENDAL 
LOMBA CIPTA PUISI HAUL PRESIDEN SOEKARNO KE-46
KALIWUNGU KENDAL, 21 JUNI 2016


Puisi Karya Sami’an Adib

Kami Tidak Lupa
                        :bung karno

Bung!
Katamu jangan sekali-kali melupakan sejarah

Tidak!
Kami tidak pernah lupa
ketika engkau pancangkan pilar-pilar penyangga
rumah besar kita
:Pancasila

Masih terngiang gema pekik merdeka
dari serambi sejarah negeri terluka
yang membuat kami bersuka dalam satu rasa

tak ada yang terlewat dari serak riwayat
semua terangkum sempurna menjadi mosaik kenangan
untuk terus kami rawat sebagai jembatan ke gemilang masa depan

sekali lagi, tidak!
kami tidak akan pernah lupa
walau layar bahtera kami telak koyak
tersayat badik perompak yang pura-pura berjihad
tertebas pedang para pemangku negeri saat berebut suara rakyat

Jember, 21 Juni 2016


Sebait Puisi di Kelopak Kamboja
                        :di pusara bung karno

ziarah ini sebatas cemas
menunggu luruh diksi sebelum ranggas
dari kelopak-kelopak kamboja di atas pusara

ziarah ini semacam doa
duduk bersila merangkai sila
dari lima menjadi satu cita:
damai dalam bingkai Bhinneka Tunggak Ika

engkau memang telah lama mati
tapi gelombang rindu terus menderu
dalam orkestra terindah di panggung jiwa

Jember, 2016

***
Biografi Singkat:
Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013),  Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Memo untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan.
Saat ini tinggal di Jl. Imam Bonjol Gg. KUA 38, Lingk. Villa Tegal Besar, Jember, 68132. Email : samianadib@ymail.com. Contact  Person : 081336453539. FB: Sami’an Adib 

Kamis, 02 Juni 2016

NASIHAT RAMADAN BUAT A. MUSTOFA BISRI

Gus Mus
Mustofa,
Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan
Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi
atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang
menggerakkan lidahmu begitu.

Mustofa,
Ramadlan adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya
untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya
kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus untukmu.

Mustofa,
Ramadlan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu dan bulanmu
serahkanlah semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah
untukNya. Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri
untukNya.

Sucikan kelaminmu. Berpuasalah.
Sucikan tanganmu. Berpuasalah.
Sucikan mulutmu. Berpuasalah.
Sucikan hidungmu. Berpuasalah.
Sucikan wajahmu. Berpuasalah.

Sucikan matamu. Berpuasalah.
Sucikan telingamu. Berpuasalah.
Sucikan rambutmu. Berpuasalah.
Sucikan kepalamu. Berpuasalah.

Sucikan kakimu. Berpuasalah.
Sucikan tubuhmu.
Berpuasalah.
Sucikan hatimu.
Sucikan pikiranmu.
Berpuasalah.
Suci
kan
dirimu.

Mustofa,
Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang
mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa.
Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu
atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.
Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan
sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu
hasrat dikekang untuk apa dan siapa.

Puasakan kelaminmu
untuk memuasi Ridla
Puasakan tanganmu
untuk menerima Kurnia
Puasakan mulutmu
untuk merasai Firman
Puasakan hidungmu
untuk menghirup Wangi
Puasakan wajahmu
untuk menghadap Keelokan
Puasakan matamu
untuk menatap Cahaya
Puasakan telingamu
untuk menangkap Merdu
Puasakan rambutmu
untuk menyerap Belai
Puasakan kepalamu
untuk menekan Sujud
Puasakan kakkmu
untuk menapak Sirath
Puasakan tubuhmu
untuk meresapi Rahmat
Puasakan hatimu
untuk menikmati Hakikat
Puasakan pikiranmu
untuk menyakini Kebenaran
Puasakan dirimu
untuk menghayati Hidup.

Tidak.
Puasakan
hasratmu
hanya untuk Hadlirat
Nya
!

Mustofa,
Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah
merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu.
Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian
keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari
comberan hatimu?
Mustofa,
inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati.

Mustofa,
Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu
yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi
kau puja selama ini.
Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini
seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu.

Rembang, Sya’ban 1413



***
Sumber Puisi : Album Sajak-sajak A. Mustofa Bisri, Halaman 417 - 419 | Ken Sawitri | MataAir Publishing Surabaya | Cetakan I, Agustus 2008 | Koleksi Perpustakaan Mini Langit Kendal

Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...