Senin, 20 Januari 2020

Mencintai Matahari

Photo: Istimewa

Mencintai matahari engkau akan terbakar oleh rasa yang tak pernah usai dengan kesendirian. Ia mengitari tiap detik, tiap nafas, dan engkau tak kan pernah mengimbanginya. Cahayanya sunyi sedang engkau suka dengan keramaian dan kefanaan. Ia abadi di atas, sedang engkau lunglai menjamu bangkai dirimu sendiri. Nafasmu pendek, terengah-engah bahkan terhenti di tengah jalan. Engkau hanya akan menemu kesia-siakan dan maut.

Cintailah matahari dari kejauhan, hingga kau dekap hangat pelukan, jangan terlalu tergesa, sementara doa-doa masih saja menjadi mantra yang tak pernah usai kau khatamkan. Engkau hitam pekat, hilang dalam liang kematian. Maka bangkitlah sebelum ia benar-benar datang untuk membakar. Matahari satu untuk seribu langkah bayangmu, bahkan engkau tak kan pernah usai menghitung angka kehancuran. Sesekali tengoklah dirimu sebelum mengambang.

Sekali lagi, cintailah matahari dari kejauhan, usah kau main mata dengan cahaya, sebab ia bisa membutakan malam dan siangmu. Bernafaslah dengan tenang, setenang air yang menghanyutkan. Jadilah dirimu tanpa meninggalkan jejak, kelak anak panahmu akan bisa mengeja itu. Sebab segala sesuatu memang harus dipersiapkan, sebelum semua hilang. Simpanlah diam-diam sambil kau berbisik pada kunang-kunang, agar salammu tersampaikan pula pada dirimu sendiri, kelak.


bahrul ulum a. malik
kopiSufi, 20012020 | 19.20

Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...