Jumat, 11 Desember 2020

IMAN YANG KE-7

PSK dan IBS | 13092020


: ibs

iman yang ke tujuh adalah pasrah pada tanah

seperti rumput dan angin laut

seperti matahari dan sinarnya

lelaki sunyi di hujan desember

menanggalkan jejak diksi-diksi

yang ia sembunyikan di matanya


langitkendal, 11122020, 22.03

Sabtu, 17 Oktober 2020

Lomba Menulis Cerpen dan Esai HSN2020

 



[INFO LOMBA PSK]

.

Halo-halo, kami hadir lagi nih, bawa informasi menarik. Yeayy.

Peringatan Hari Santri Nasional tahun 2020 dan Bulan Bahasa tahun 2020, Pelataran Sastra Kaliwungu mengadakan 


🥳🥳 Lomba Menulis Cerpen dan Esai


Total hadiah jutaan rupiah


Peserta terbuka untuk umum dan gratis


Panduan Lomba bisa dilihat di 

http://bit.ly/PanduanLombaHariSantri-PSK


Pendaftaran: 

http://bit.ly/lombaharisantripsk2020


#psk #pelataransastrakaliwungu #harisantrinasional2020

#infolomba

#lombacerpen

#lombaesai

#bulanbahasa2020 #pskpenerbitbuku

Senin, 20 Juli 2020

Sapardi Hidupmu Abadi

Sapardi Djoko Damono

-- kepada Sapardi Djoko Damono

lelaki tua itu tak pernah pergi sendirian
ia masih meninggalkan jejak di padang rimba
memberi tanda pada mata yang tak pernah terpejam oleh malam
ia telah mempersiapkan semua sebelum ajal
dan berwasiat pada penenun kata untuk kembali mengeja

lelaki tua itu telah lama mengerlingkan mata
pada setiap rintik hujan bulan juni
bocah-bocah bermain tawa di bawahnya
merayu angin agar berpihak pada hati
lekaki tua diam mengisyaratkan: iya

penyair boleh mati, tapi tidak puisinya
ia selalu bernyawa dan beramoeba menjadi seribu
bahkan lebih
ia kekal bersama para kekasih yang saling mencinta
sapardi hidupmu abadi


langitkendal, 20072020/ 22.22 wib
(c) bahrul ulum a. malik

Kamis, 26 Maret 2020

Pada Pelukan Bayang-bayang



-- Kepada Corana 
aku keluar diam-diam menapaki jalan setapak di perbukitan
aku mendengar suara lirih menyebut-nyebut nama
hahihu hahihu hahihu berulang-ulang hingga tawakal

aku masih terus berjalan di hadapan kabut malam tanpa cahaya
aku meraba kalau-kalau kanan kini jurang
semakin keras aku mendengar suara yang sama kemudian hilang

aku tersesat dalam rimba dingin dan haus, tak ada siapa pun apa
semua berubah menjadi putih kapas
menerbangkan dan menertawakanku yang sendirian

kupanggili nama satu demi satu
semua tak menolah hanya bayang-bayang
di bawah pohon cemara yang tak kutau pucuknya

hai siapa tertawa di bawah rembulan yang kehilangan cahaya
kau kah yang semula memanggili nama itu
atau kah kau yang hanya ilusi menyesatkan waktu
atau kah kau yang menjebak sukmaku dan merajam seribu satu kali

tentu aku tak kan menyerah semudah itu
masih ada bala tentara dalam diri
akan aku keluarkan jika benar-benar mendesak

menyingkirlah aku mau lewat
bukan kah kita dari satu dzat satu urat
bukankah lebih baik kita menapaki jalan sesuai poros dan aba-aba

kita memang sedikit beda
aku ada kau tiada
kita sama-sama kembali
Re

langitkendal, 26032020 / 00.52 wib
-- bahrul ulum a. malik

Senin, 20 Januari 2020

Mencintai Matahari

Photo: Istimewa

Mencintai matahari engkau akan terbakar oleh rasa yang tak pernah usai dengan kesendirian. Ia mengitari tiap detik, tiap nafas, dan engkau tak kan pernah mengimbanginya. Cahayanya sunyi sedang engkau suka dengan keramaian dan kefanaan. Ia abadi di atas, sedang engkau lunglai menjamu bangkai dirimu sendiri. Nafasmu pendek, terengah-engah bahkan terhenti di tengah jalan. Engkau hanya akan menemu kesia-siakan dan maut.

Cintailah matahari dari kejauhan, hingga kau dekap hangat pelukan, jangan terlalu tergesa, sementara doa-doa masih saja menjadi mantra yang tak pernah usai kau khatamkan. Engkau hitam pekat, hilang dalam liang kematian. Maka bangkitlah sebelum ia benar-benar datang untuk membakar. Matahari satu untuk seribu langkah bayangmu, bahkan engkau tak kan pernah usai menghitung angka kehancuran. Sesekali tengoklah dirimu sebelum mengambang.

Sekali lagi, cintailah matahari dari kejauhan, usah kau main mata dengan cahaya, sebab ia bisa membutakan malam dan siangmu. Bernafaslah dengan tenang, setenang air yang menghanyutkan. Jadilah dirimu tanpa meninggalkan jejak, kelak anak panahmu akan bisa mengeja itu. Sebab segala sesuatu memang harus dipersiapkan, sebelum semua hilang. Simpanlah diam-diam sambil kau berbisik pada kunang-kunang, agar salammu tersampaikan pula pada dirimu sendiri, kelak.


bahrul ulum a. malik
kopiSufi, 20012020 | 19.20

Tubuh Matahari

tubuh matahari di matamu kuning langsat tetiba hadir di rumahku tanpa salam pun pesan kau terus menyediakan angan bagi pertapa yang kensunyi...