Risalah Pilihan
:gus dur
Membaca
ulang tilas hidupmu yang sering terkepung keriuhan
seperti
melintasi jejak purba risalah panjang insan pilihan
:nubuwah para utusan kekasih Tuhan
tentu
engkau tahu saat Kanjeng Nabi
menjamin aman
bagi
seluruh penduduk Mekah—kota taklukan
bahkan
di kediaman orang yang pernah memusuhi Tuhan
pun
demikian engkau menabur benih kedamaian
di
kebun Indonesia lewat semaian kultur toleran
bersama
menikmati lezatnya keberagaman
di
dadamu memang tak kutemukan stempel kenabian
tapi
lembut tanganmu tak pernah lelah merangkul semua kalangan
sambil
menyematkan lencana terindah bersepuh keteladanan
Jember,
Januari 2016
***
Sami’an
Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus
1971. Lulus Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Negeri Jember (Unej).
Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza
(Gempita Biostory, Medan, 2013), Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa
Media, Jogjakarta, 2013), Ziarah
Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan
Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi
Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Memo untuk Wakil Rakyat
(Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah
Budaya Kalimasada Blitar, 2015), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain
sebagai tenaga pendidik di MIIMA KH. Shiddiq Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan.
Saat ini tinggal di Jl. Imam Bonjol Gg. KUA 38, Lingk. Villa
Tegal Besar, Jember, 68132. Email : samianadib@ymail.com. Contact
Person : 081336453539.
_________________________________________________________________________________
-- JUARA II --
Imam Budiman :
Mata Gus Dur Dalam Bayangan Masa Kecilku
Di
teras subuh yang sejajar dengan tetuah malaikat arasy, berkening jejak waktu,
aku merebahkan diri di atas sebidang tulang dedaun Walnut. Terkenang lagi
olehku seorang tokoh agamawan abad ini yang belum pernah kutemui langsung, Gus
Dur. Jika ia masih hidup, pastilah tak mengenaliku. Tapi di alam sana, ia sudah
hafal betul namaku ada di salah satu list teratas catatan kecilnya sebagai
donatur fateehah yang rutin mengiriminya pagi-sore. Aksara-aksara arab yang
berbentuk ayat itu yang kerap dicengkramainya di sela waktu berdialog dengan
munkar-nakir di bawah gundukan tanah sana. Membicarakan banyak hal tentang
pengalaman mereka masing-masing.
Tapi
bukan itu, sebetulnya aku lebih terkenang pada mata Gus Dur. Sepasang mata yang
sempat digunakannya untuk membaca, menelaah, berpikir, menemukan jutaan wawasan
dan merangkum dunia, sebelum dialih-fungsikan untuk melihat bayang-bayang
Tuhan. Mata yang tak sekadar menjalankan tugas untuk melihat.
Sewaktu
sekolah dasar, aku tak begitu mengenali ciri dan kiprahnya. Selain yang kutahu,
ia adalah presiden kita yang paling rajin berpeci sejak muda, kehilangan
penglihatan di jelang akhir usianya dan memiliki gerak refleks antara hidung
dan pipinya. Selera humornya pun setingkat candaan para Dewata.
Belakangan,
di bangku kuliah yang gerah dengan politik praktis ini, namanya kerap disebut
di beberapa kajian dan diskusi. Aku mulai tertarik dengannya. Jenius dan
jenaka! Mula-mula aku meminjam buku biografinya dari seorang teman yang berasal
dari dusun tak bernama. Kulahap habis tanpa bersisa, barang sehalaman. Di
kesempatan diskon buku besar-besaran pada sebuah perhelatan tahunan.
Kupersiapkan uang tabungan yang tak seberapa bernilai untuk mengoleksi beberapa
buku yang pernah ditulisnya. Aku ingin melahap lebih banyak isi kepalanya.
Akan
tetapi, entah kenapa, sampai hari ini, tanpa alasan yang dapat dijabarkan,
dibanding isi kepalanya, aku justru lebih jatuh cinta pada sepasang matanya:
Mata
hakiki yang suci. Mata yang dapat melihat Tuhan di setiap tempat dan keadaan.
Mata yang tersembunyi di balik matanya yang terkatup: Mata hati.
Ciputat,
1 Januari 2016
***
Imam
Budiman, dilahirkan pada tanggal 23 Desember 1994, Loa
Bakung, Samarinda, Kalimantan Timur. Ia menamatkan pendidikan Aliyah-nya di
Pondok Pesantren Al-Falah Putera, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Kini berstatus sebagai Mahasiswa
Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di waktu yang sama,
ia tercatat pula sebagai Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for
Hadith Sciences, Ciputat, di bawah bimbingan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub,
MA.
Beberapa cerpennya terhimpun dalam
kumpulan cerpen bersama, diantaranya: Iblis Tidur (Minggu Raya Press, 2013) dan
Sang Penulis (LPM Mercusuar, UNAIR
Surabaya, 2015).
Puisi-puisinya terhimpun dalam antologi
puisi bersama antara lain; Teriakan Bisu (Tahura Media, 2011), Ada Malam
Bertabur Bintang (Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Tifa Nusantara II
(Dewan Kesenian Tangerang, 2015), Pilunya Negeriku (Oase Pustaka, 2015), Kalimantan
Selatan Menolak untuk Menyerah (Disbudparpora Kabupaten Banjar, 2015), Kalimantan
Rinduku yang Abadi (Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Pelabuhan Merah (Sagang
Intermedia Riau Pos, 2015) Dan Sepilihan Sajak Kampung Halaman yang akan terbit
di pertengahan tahun 2016 adalah kumpulan puisi tunggalnya yang kedua setelah Perjalanan
Seribu Warna (2014).
Beberapa cerpen dan puisi-puisinya juga
dimuat di berbagai media cetak/portal nasional dan lokal seperti:
Media Indonesia, Indopos, Riau Pos, Babel Pos, Media Kalimantan, Lampung
Post, Koran Madura, Metro Riau, Sumut Pos, Malang Post, Mata Banua, Cakrawala
Makassar, Post Metro Jambi, Kaltim Post, Radar Banjarmasin, Radar Tarakan,
Kalimantan Post, Banjarmasin Post, Solopos, Sastra Sumbar, Majalah Warta
Bahari, Majalah Iflah, Majalah NABAWI, Majalah SANTRI, Majalah INSAN, Buletin Sastra Lakonik,
Buletin Sastra Pawon, Buletin Pojok Pesantren, Buletin DENTA, Buletin Harokah,
Buletin Jejak, Buletin Literasi, Buletin Lentera, Tabloid Kabar IIQ, Tabloid
INSTITUT, Tabloid RUANG, Jurnal Rusabesi, Sayap Kata, Ruang Aksara,
Detakpekanbaru.com, Banjarmazine.com, Qureta.com, Kompasiana.com,
Pasanggrahan.com, Sastrapedia.com. Lokerpuisi.web.id, Forumpenulismuda.com,
Mahasiswabicara.com, Riaurealita.com.
Pada tahun 2014 meraih nominasi kategori
Puisi Terbaik Institut Award, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di akhir tahun
2015 cerpennya berjudul “Empat Mazhab Penulis” meraih nominasi terbaik event
menulis nasional, LPM Mercusuar, UNAIR Surabaya. Naskah puisi berjudul “Menjaga
Harum Aroma Pandan Tanah” dinobatkan sebagai puisi terbaik dalam rangka ulang
tahun ke-III Rumahkayu Indonesia. Dan cerpennya berjudul: “Jabang Bayi Banyu Pilungsur” meraih terbaik
pertama dalam event Kemah Aruh Sastra XII, Martapura, Kalimantan Selatan, 2015.
HP. 089527802715
_________________________________________________________________________________
-- JUARA III --
Muhammad Fadlullah Abdul Ghofur :
GUS “ SANG PENAKLUK “
Aku malu pada diriku sendiri
Bagaimana mungkin aku tak malu ?
Dengan segala kondisi fisikmu
Usahamu untuk memperbaiki bangsa ini sungguh luar biasa
Relung hati mana yang tak iba ?
Rakusnya “tikus-tikus dalam lumbung" membuatmu gerah
Anak-anak TK yang duduk dengan pongahnya membuatmu geram
Hati mana yang tak tergugah saat kebenaran justru dimakzulkan ?
Memanusiakan manusia menjadi aliran darahmu
Agama Islam yang Rahmatan lil ‘alamin menjadi nafasmu
Nilai-nilai mana lagi yang kurang darimu ?
Wahai Abdurrahman Sang Penakluk
Alam Indonesia berhutang banyak kepadamu
Hiduplah dalam doa-doa kami antar pemeluk agama
Inna auliyaa Allahi laa khoufun ‘alaihim walahum yakhzanun
Dari kami yang merindakanmu wahai Guru Bangsa
***
Muhammad Fadlullah Abdul Ghofur, Lahir di Kendal, 05 Maret 1989,
_________________________________________________________________________________
Faisal Zen
SANG
PENYEJUK HATI
Diantara
gemerlap dunia
Yang
tandus kering terbakar picik manusia
Lahir
seorang penyejuk dari buaian angin surga
Yang
karomahnya tak tergambar dan tak terkira
Beliau
berjuang di antara musuh penghancur negara
Sedang
ia dimusuhi, dicaci, dimaki
Mutiara
kata yang terlontar melalui bibirnya
Bagaikan
tetes tetes embun penyejuk hati pelita gulita
Riuh
jiwa gema suara negeri
Ketika
ia berdiri di tempat tertinggi
Sungguh
keji mereka berkata
Pemimpin
kita ialah “Kyai buta”
Sedang
merekalah yang terbutakan oleh binar-binar dunia
Beliau
seorang wali yang tak tampak
Menapak
tilas hendak berbekas
Melanglang
jagat dunia yang berkoalisi alot
Beliau
tanggapi dengan kata penuh makna “GITU AJA KOK REPOT”
***
Faisal Zen, Lahir di Cilacap
29 September 1992.
Beralamat di Jl. Ky Safari
No. 2 Padangsari Majenang Cilacap. HP. 085879878784
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar