PERSETUBUHAN MAUT 1
disampaikan pada bedah novel “perjaka” karya kartika
catur pelita, di taman budaya raden saleh semarang sabtu 29 september 2012 jam
19.00 – 21.00 wib
telor-telor
dua telor
martabak spesial
tiga telor
martabak istimewa
empat telor
sepasang homoseks2
PERJAKA
Perjaka adalah status pria
yang belum pernah melakukan pernikahan yang secara seksualitas memang
seharusnya belum pernah melakukan hubungan intim dengan lawan jenis atau belum
pernah melakukan aktivitas seksual secara sendiri maupun aktivitas seksual
menyimpang lainnya3.
Novel “Perjaka” karya
Kartika Catur Pelita (KCP) ini sangat menggelitik, berani dan jujur. Kebanyakan
orang hanya asyik membicarakan “perawan”, namun KCP telah berhasil
menggambarkan sisi kehidupan lelaki yang sebenarnya.
TOKOH
Lodi, Limanov, Layan
dan Kuat adalah empat tokoh utama dalam novel ini. Masing-masing tokoh punya jalannya
sendiri, namun antara satu dan lainnya tetap berkaitan.
1.
Lodi
Lodi adalah remaja yang
suka mabuk-mabukan, nonton dangdut dan film porno bersama teman-temannya Ari,
Yos, dan Abim. Lodi bisa dibilang anak yang nakal, tidak patuh dengan nasehat
orangtua. Dia selalu membantah perintahnya. Jarang masuk sekolah dan pemalas.
2.
Limanov
Seorang gigolo berwajah
tampan. Ibunya asli Jepara (Indonesia), dan bapaknya orang Holand (Belanda).
Sejak kecil ia hidup bersama neneknya. Ia anak yang tidak mendapatkan kasih
sayang dari kedua orangtuanya. Hingga ia menjadi remaja yang tak terkontrol.
Menjadi idaman bagi wanita-wanita yang menunggu kejantanan kelakiannya
(gigolo). Bahkan juga menjadi pemuas bagi lelaki yang tidak puas dengan
kelakiannya sendiri (homoseks).
3.
Layan
Adalah anak seorang
nelayan yang miskin. Ia hidup serba kekurangan. Hingga suatu saat ia tergiur
dengan ajakan Limanov yang menjual barang antiknya dan melepaskan
keperjakaannya pada tante-tante dan perempuan yang butuh kepuasan. Ia menjadi
tulang punggung keluarganya setelah ayahnya meninggal.
4.
Kuat
Pekerja keras dan
mempunyai keinginan kuat untuk menjadi penulis. Ia sahabat dekat Layan. Sejak
kecil ia ditinggal ayahnya merantau. Hingga suatu hari datang ayahnya dengan
membawa harta benda melimpah. Namun kehadiran ayahnya itu membuat Kuat marah,
karena sang ayah datang bersama istri muda dan anaknya. Kuatlah yang menjadi
juru selamat bagi Layan yang mencoba bunuh diri4.
CERITA
Cerita dalam novel ini
memang benar-benar terjadi dalam kehidupun kita sehari-hari. Sadar tidak sadar
sebenarnya penulis telah menyindir keperjakaan kita. Benarkah kita benar-benar
masih jejaka sebelum menikah?
Banyak cara melepaskan
keperjakaan seseorang. Bahkan seorang bocah setingkat SD ataupun SMP sudah melepas keperjakaan dengan cara
bersetubuh dengan dirinya sendiri, dengan membahayangkan sesuatu yang hot,
onani, maupun mastubasi. Dan tidak harus bersetubuh dengan lawan jenis ataupun
sejenis. Novel ini benar-benar menelanjangi sekaligus menyadarkan kita tentang
arti sebuah keperjakaan. Ternyata untuk menjadi jejaka ting-ting tidaklah
mudah.
Meskipun alur cerita novel
ini terkesan zigzag, meloncat dari cerita satu ke cerita lainnya, novel ini
tetap menarik dibaca. Suatu ketika penulis bercerita tentang perjaka, menjadi
seorang yang pemabuk dan pemalas, tentang seorang yang pekerja keras dan
mempunyai keinginan besar menjadi penulis, tentang persahatan, tentang anak
yang ditinggal pergi atau kehilangan orangtuanya, tentang seseorang yang
mengakui dosa dan putus asa, tentang airmata dan tawa. Novel ini bisa menjadi
kacabenggala bagi kita. Semua orang punya cerita sendiri tentang kelelakiannya.
Setting cerita ini khas (sebagian) orang pesisir yang suka dangdutan dan
mabuk-mabuk.
Meskipun novel ini sebuah
teks fiksi (karya imajinatif), tetapi sebagai novel bercorak realis tentu
kekuatan fiksionalitasnya tidak lantas menegasikan realis faktual yang menjadi
objeknya. Bagaimanapun fiktif dan imajinernya sebuah karya realis, ia tidak
bisa benar-benar lepas dari objek yang menjadi sandarannya.
Sebuah karya sastra tak
mungkin dapat menghuni wilayah otonomi yang serba fiksi, imajiner dan terlepas
dari sangkut pautnya dengan segala “individu atau kalangan tertentu”. Setiap
karya sastra ditulis oleh seorang manusia pada suatu masa dalam sejarah di
suatu tempat di dunia ini juga. Sejauh-jauh seorang sastrawan hendak mengelak
dari segal fakta yang melahirkan, mengasuh dan mendewasakannya, ia tak bakal
mungkin membuat karya sastra yang sama sekali tak bersangkut-paut dengan
pengalaman, pengetahuan, pikiran, dan persaannya sendiri. Bahkan bila karya
sastra itu tidak dibuat dalam bahasa yang pernah ada di muka bumi, ungkapannya
tetap bersangkut-paut dan bersumber dari apa yang pernah dialaminya bersama
orang-orang lain atau lingkungan alam di luar dan di dalam dirinya5.
Bagaimanapun, kehadiran
novel ini sungguh patut kita hargai dan perlu diberi tempat yang selayaknya
dalam rumah tangga sastra Indonesia modern. Kehadiran novel yang konon proses
kreatif penulisannya memakan waktu sekitar empat tahun lebih (16 November 2006
– 16 Maret 2011) bukan saja telah melengkapi deretan prestasi sang pengarang
melainkan juga berharga sebagai “prasasti” bagi koleksi sastra Indonesia yang bertema
Pendidikan Seks. Harus kita akui bahwa KCP telah berhasil menggambarkan sisi
kehidupan kita yang sebenarnya. Ia telah memberikan kado istimewa untuk
khasanah sastra Indonesia. Dan aku kira karya KCP dengan Remy Sylado ada
kesamaan.
Selamat untuk Kartika Catur Pelita – Salam
Hot, Salam Perjaka!!
pada angin selalu
kutitipkan salam untukmu sahabatku
biar mereka menemuimu
mungkin di langit
bersama gemintang bintang
mungkin di dasar laut
berselaput gelombang
mungkin di lapisan bumi
berkarib sunyi
tapi satu yang tak
mungkin lagi
kau selalu ada di
relung hati suci ini6
oleh : bahrul ulum a. malik
Presiden Plataran Sastra Kaliwungu
langitkendal@gmail.com / 085641402250
Catatan
:
1. Judul
Antologi Puisi “Persetubuhan Maut” : Bahrul Ulum A. Malik, 2005
2. Puisi
Remy Sylado
4. anneahira.com/bumi-cinta.htm
5. Majalah
Sastra Horison, September 2012 hal. 33
6. Puisi
dalam Novel Perjaka – Kartika Catur Pelita