lelaki keparat itu terus saja menghisap abu
meski tak ada lagi putung yang tersisa
ia berjalan dalam gelap malam
menyusuri lorong jejak telapaknya sendiri
di bawah hujan ia tak bisa berkaca
meniup udara
melukis awan hitam
tak sedikitpun ada yang jatuh
prahara jiwa gentayang mencari ruang tersakral
bangsat!! mati saja kau di tungku apiku
mendidih dalam cawan rindu gagakmu
di rimba aku menyesatkan diri
tanpa kompas atau isyarat matahari
terbakarlah kau wahai sebatang kenikmatan
sesaat untuk selama
kau kira dengan menyiram kembang
kau bisa memetik wanginya
hahaha. kau sama saja seperti kupu-kupu
sesaat yang kan menjelma menjadi ulat
menggerogoti dinding paru-paruku
dan perlahan kau mencabut nyawaku
mati barangkali itu yang kau mau
kaliwungu, 25 agustus 2012/ 10.45 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar