sewaktu pagi menampakkan wujud pertama
tanpa wajah tanpa suara
jejakmu lirih bertapa atas doa-doa
yang patah di ujung pisau waktu
jejakmu terbata mengeja
sandi-sandi kaca bening jendela rumahmu
tak ada rembulan tersenyum menyapa
hanya sesekali angin menggigil menyapa
jejakmu tak ku dengar lagi
setelah halilintar mengaumkan nada
cinta dan prahara warna
apakah kau tetap menyisakan tanya
pada bibir rintik yang sekali berdetik
dan jejakmu selalu datang bersama hujan
dan kau masih terus menari
::. kaliwungu, 4 maret 2012
bahrul ulum a. malik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar